Indonesia, sebagai salah satu negara dengan populasi terbesar di dunia, menghadapi tantangan serius terkait angkatan kerja yang ‘gemuk’. Angka pengangguran yang tinggi, terutama di kalangan usia produktif, menyiratkan potensi ancaman terhadap stabilitas ekonomi jangka panjang negara ini. Meski memiliki jumlah angkatan kerja yang besar, Indonesia harus berhati-hati agar tidak terperosok dalam jebakan demografi yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.

Bahaya Mengintai Ekonomi RI di Balik ‘Gemuk’ Pekerja

Salah satu bahaya yang mengintai adalah ketidakcocokan antara keterampilan tenaga kerja dan kebutuhan pasar. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), banyak lulusan perguruan tinggi yang menganggur karena keterampilan mereka tidak sesuai dengan permintaan industri. Kondisi ini menciptakan ‘mismatch’ yang menghambat produktivitas dan inovasi, dua elemen penting untuk pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, tingginya angka pekerja informal menjadi masalah tersendiri. Data menunjukkan bahwa sebagian besar angkatan kerja Indonesia masih bekerja di sektor informal yang rentan terhadap ketidakpastian ekonomi dan tidak memiliki jaminan sosial yang memadai. Pekerja informal sering kali tidak memiliki akses ke pelatihan dan peningkatan keterampilan, sehingga sulit untuk beralih ke sektor formal yang lebih stabil dan produktif.

Pemerintah telah berupaya untuk mengatasi masalah ini melalui berbagai program pelatihan dan peningkatan keterampilan, seperti Program Kartu Prakerja. Meski demikian, implementasi program tersebut masih menghadapi berbagai kendala, termasuk distribusi yang tidak merata dan kurangnya akses di daerah-daerah terpencil.

Tantangan lain adalah kurangnya investasi di sektor teknologi dan inovasi. Tanpa investasi yang memadai, Indonesia berisiko tertinggal dalam era digitalisasi yang semakin berkembang. Padahal, teknologi dapat membuka peluang baru bagi angkatan kerja, termasuk pekerjaan-pekerjaan yang lebih kreatif dan bernilai tambah tinggi.

Dalam menghadapi ancaman-ancaman ini, kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sangat diperlukan. Dengan langkah yang tepat dan strategi yang matang, Indonesia dapat mengubah tantangan ini menjadi peluang untuk menciptakan ekonomi yang lebih inklusif, produktif, dan berkelanjutan. Namun, jika tidak ditangani dengan baik, ‘gemuk’ pekerja ini bisa menjadi beban yang menghambat pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.